SEJARAH BERDIRINYA MASJID AGUNG KOTA BLITAR
1. Sekilas asal usul Kabupaten Blitar
Menurut sejarah, sebutan KABUPATEN BLITAR sekarang ini, dahulunya bernama KABUPATEN SRENGAT. Pada waktu itu yang menjadi sebagaiPenghulu Srengat yaitu KY.R. MOH. KASIMAN.
Setelah nama Kabupaten Srengat berubah menjadi KABUPATEN BLITAR pada tahun 1820, yang jumeneng sebagai penghulu pertama pada th. 1820 M adalah KY.R.IMAM BESARI.
2. Berdirinya Masjid
Pada tahun 1820, didirikanlah sebuah Masjid yang terletak disebelah utara jembatan kali LAHAR kelurahan Pekunden, timur kali dengan bangunan gebyog dan beratap sirap ( dinding dan atap terbuat dari kayu jati )
Pada th 1828 M Penghulu KY.IMAM BESARI wafat, beliau dimakamkan di pemakaman Sumbersoka Blitar, penghulunya diganti oleh saudaranya bernama KY.R.IMAM SJAFI’I beliau wafat pada th 1848 M. kemudian penghulunya diganti oleh menantu KY.IMAM BESARI bernama KY.R.KAMALUDDIN sebagai penghulu yang ketiga.
3. Masjid Pindah
Pada tahun wafatnya KY.R. IMAM SJAFI’I yaitu th 1848 M. penghulu KY.R.KAMALUDDIN berkehendak memindah Masjid yang didirikan disebelah utara jembatan kali Lahar oleh KY.R.IMAM BESARI, atas persetujuan Bupati Blitar bernama R.M. ADIPATI ARIO RONGGO ADINEGORO Masjid dipindahkan kesebelah Barat Alun-alun Blitar dengan bangunan gebyog diatas, kemudian dipindahkan pula rumah Penghulu KY.R.KAMALUDDIN terletak disebelah Utara Masjid, kepindahan ini dikarenakan telah tiga kali mengalami terkena banjir lahar yaitu pada th 1826, 1835, dan th 1848 M.
Pada th 1860 M penghulu KY.R.KAMALUDDIN wafat. Makamnya sebelum ada tambahan serambi kanan dan kiri, terletak di pojok Masjid, utara soko guru Timur Laut.
Sebagai ganti Penghulu KY.R.KAMALUDDIN adalah putra dari KY.R.IMAM SJAFI’I yang bernama SOERJO. Karena sesuatu hal, beliau hanya menduduki jabatannya selama 1 th. Lalu diganti oleh Penghulu yang ke Enam bernama CHASAN SJUHADA’
Pada th 1885 M. penghulu CHASAN SJUHADA’ wafat. Lalu diganti oleh KY. IMAM BOERHAN sebagai penghulu yang ke tujuh.
4. Pembangunan Masjid pertama
Pada th 1890 M penghulu IMAM BOERHAN mempunyai prakarsa untuk merombak seluruhnya serta membangun baru Masjid Blitar dengan bangunan gebyog diatas, akan diganti dengan bangunan tembok. Prakarsa tsb, mendapat persetujuan dari Kanjeng Bupati Blitar bernama RADEN ADIPATI WARSO KOESOEMO serta mendapat sambutan yang baik sekali dari Ummat Islam, tidak saja dari dalam kota tetapi dari pelosok-pelosok Kabupaten pun ikut membantunya secara gotong-royong, baik Muslimin maupun Muslimat. Setiap hari berduyun-duyun untuk mendharma-bhaktikan segala kemampuannya, baik morel maupun materiel dari semula hingga selesai.
Menurut catatan peninggalan alm. Penghulu IMAM BOERHAN, pembangunan tersebut dimulai pada hari Kamis Kliwon tgl. 12 Oktober 1890 M atau tgl 20 Muharram 1303 H.
Adapun pembangunan gapura pada th 1927 sedangkan menara yang lama ( yang berada disebelah kanan Masjid ) pada th 1928. Pada th 1933 ditambah pembangunan serambi disebelah kanan dan kiri, yang pada waktu itu Arsiteknya Bp. KY.H.MUCHSIN Dawuhan yang masih keluarga penghulu IMAM BOERHAN.
Sejak tahun dibangunnya Masjid tersebut juga telah mengalami terlanda lahar 2 kali, yaitu pada th. 1901 dan th. 1919 M
5. Kondisi setelah dibangun
Pada akhir th 1934 M penghulu IMAM BOERHAN wafat, dimakamkan di belakang Masjid Besar Blitar, sebagai gantinya adalah putranya bernama M. IRCHAMI sebagai penghulu yang ke delapan yang disebut penghulu Laadraad.
Pada tahun 1949 beliau wafat, kemudian diganti oleh R. DAMANHDERI, putra ke-3 IMAM GHOZALI Naib Kanigoro sebagai penghulu ke-sembilan.
Pada th.________ beliau wafat dan dimakamkan di Kanigoro. Sampai pada tahun tsb, sejarah kepenghuluan berakhir, lalu berganti nama menjadi KANTOR URUSAN AGAMA KABUPATEN BLITAR, yang menjadi Kepalanya bernama SLAMET DAROINI dari Ponorogo pada th 1957.
6. Pembangunan Masjid Baru
Pada tgl. 20 Oktober 1958 jam 09.45 pagi, terjadi bencana alam ( gempa bumi ) yang agak keras, sehingga mengakibatkan retaknya Menara dan Gapura Masjid, yang keadaan menaranya sangat mengawatirkan. Dengan keadaan yang demikian itu, sehingga beberapa tahun lamanya tidak ada usaha dari manapun, baik dari pihak Pemerintah setempat maupun dari Ummat Islam sendiri.
Pada th. 1966, timbullah gagasan dari sdr. H. MOH. BACHRI Pakunden ( Blitar ), yaitu salah satu seorang buyut dari penghulu KY. IMAM BOERHAN sebagai pelopor pendiri Masjid Besar Blitar dari bangunan gebyog menjadi bangunan tembok, bercita-cita untuk membangun baru Menara yang sudah retak tersebut yang terletak di sebelah kanan Masjid, kemudian direncanakan akan dibangun disebelah kiri serambi Masjid dengan bangunan cor. Sedangkan menara yang lama digempur sama sekali.
Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut sdr. H.MOH. BACHRI mempunyai inisiatif untuk mengkhitankan putranya yang pertama bernama FARID ACHMADI dengan membentuk suatu Panitia, yaitu :
Ketua panitia : Bp. KY.H.ZAHID
Sekretaris : Bp. ASMOEN
Bendahara : Bp. SOEWEDI HADINOTO
Pembantu : Sdr. A. RIFA’I
Selanjutnya mengundang para saudara handai taulan, pejabat Pemerintahan untuk menghadiri Walimatul Khitan yang diselenggarakan pada tgl. 26 September 1966, yang hasil sumbangannya akan diserahkan sepenuhnya untuk pembangunan Menara tersebut.
Adapun hasil sumbangannya dapat terkumpul uang sebesar Rp. 35.000,- ( Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah ) kemudian sebagai tahap kedua diwujudkan berupa material, yaitu :
1. Batu gebalan sebanyak : 75 M3
2. Batu Merah sebanyak : 50.000 buah
3. Beton Iyzer sebanyak : 1 ( satu ) ton
7. Setelah peristiwa G 30 S PKI
Setelah terjadinya peristiwa G 30 S/PKI, timbulah situasi baru, yaitu pengunjung Sholat Jum’ah di Masjid tersebut makin bertambah, sehingga meluap sampai di halaman Masjid, bahkan sampai di jalan muka gapura. Karena situasi yang sudah tidak mencukupi untuk menampung jamaah itulah cita-cita yang semula hanya akan membangun menara, kemudian ditinggkat, yang diperkirakan dapat menampung lebih dari 5.000 orang jama’ah.
Selanjutnya atas inisiatif sdr. H. MOH. BACHRI terbentuklah sebuah panitia yang disebut “BIRO PEMBANGUNAN MASJID BESAR KODYA/KAB. BLITAR” pada tgl. 10 Agustus 1967 di rumah sdr. TASLIM Kauman.
Adapun susunan s.b.b. :
Ketua umum : Bp. R. PRAWIROKOESOEMO Walikota Kodya Blitar
Ketua I : Bp. H. MOH. BACHRI
Ketua II : Bp. PARTOMOEKRI
Ketua III : Bp. TASLIM
Ketua IV : Bp. SOEPARTO
Ketua V : Bp. ARFAT KUSAIRI
Sekretaris : Bp. SOEWEDI HADINOTO
Bendahara : Bp. HARDITO, BA
Bag. Teknik : Bp. MASYKUR EFFENDI / Bp. SOEHARDJO B. R. E.
Pengawas : Kep. KUA Kec. Kota Blitar dan Tritunggal Kodya Blitar
Pada hari Jum’at tgl. 18 Agustus 1967 jam 10.00 WIB dilaksanakan perletakan batu pertama, yang dimulai dari pembangunan Menara sebelah Utara Masjid.
Pada akhir th. 1971, pembangunan menara dan serambi MAsjid telah dapat diselesaikan sekitar 80%. Adapun kekurangan yang 20% dilanjutkan oleh Muspida Kab. / Kodya Blitar.
Selama pembangunan menara dan serambi tersebut yaitu selama ditangani oleh BIRO PEMBANGUNAN MASJID BESAR KODYA / KAB. BLITAR foto dokumentatornya ACH. RIFA’I.
Menurut sejarah, sebutan KABUPATEN BLITAR sekarang ini, dahulunya bernama KABUPATEN SRENGAT. Pada waktu itu yang menjadi sebagaiPenghulu Srengat yaitu KY.R. MOH. KASIMAN.
Setelah nama Kabupaten Srengat berubah menjadi KABUPATEN BLITAR pada tahun 1820, yang jumeneng sebagai penghulu pertama pada th. 1820 M adalah KY.R.IMAM BESARI.
2. Berdirinya Masjid
Pada tahun 1820, didirikanlah sebuah Masjid yang terletak disebelah utara jembatan kali LAHAR kelurahan Pekunden, timur kali dengan bangunan gebyog dan beratap sirap ( dinding dan atap terbuat dari kayu jati )
Pada th 1828 M Penghulu KY.IMAM BESARI wafat, beliau dimakamkan di pemakaman Sumbersoka Blitar, penghulunya diganti oleh saudaranya bernama KY.R.IMAM SJAFI’I beliau wafat pada th 1848 M. kemudian penghulunya diganti oleh menantu KY.IMAM BESARI bernama KY.R.KAMALUDDIN sebagai penghulu yang ketiga.
3. Masjid Pindah
Pada tahun wafatnya KY.R. IMAM SJAFI’I yaitu th 1848 M. penghulu KY.R.KAMALUDDIN berkehendak memindah Masjid yang didirikan disebelah utara jembatan kali Lahar oleh KY.R.IMAM BESARI, atas persetujuan Bupati Blitar bernama R.M. ADIPATI ARIO RONGGO ADINEGORO Masjid dipindahkan kesebelah Barat Alun-alun Blitar dengan bangunan gebyog diatas, kemudian dipindahkan pula rumah Penghulu KY.R.KAMALUDDIN terletak disebelah Utara Masjid, kepindahan ini dikarenakan telah tiga kali mengalami terkena banjir lahar yaitu pada th 1826, 1835, dan th 1848 M.
Pada th 1860 M penghulu KY.R.KAMALUDDIN wafat. Makamnya sebelum ada tambahan serambi kanan dan kiri, terletak di pojok Masjid, utara soko guru Timur Laut.
Sebagai ganti Penghulu KY.R.KAMALUDDIN adalah putra dari KY.R.IMAM SJAFI’I yang bernama SOERJO. Karena sesuatu hal, beliau hanya menduduki jabatannya selama 1 th. Lalu diganti oleh Penghulu yang ke Enam bernama CHASAN SJUHADA’
Pada th 1885 M. penghulu CHASAN SJUHADA’ wafat. Lalu diganti oleh KY. IMAM BOERHAN sebagai penghulu yang ke tujuh.
4. Pembangunan Masjid pertama
Pada th 1890 M penghulu IMAM BOERHAN mempunyai prakarsa untuk merombak seluruhnya serta membangun baru Masjid Blitar dengan bangunan gebyog diatas, akan diganti dengan bangunan tembok. Prakarsa tsb, mendapat persetujuan dari Kanjeng Bupati Blitar bernama RADEN ADIPATI WARSO KOESOEMO serta mendapat sambutan yang baik sekali dari Ummat Islam, tidak saja dari dalam kota tetapi dari pelosok-pelosok Kabupaten pun ikut membantunya secara gotong-royong, baik Muslimin maupun Muslimat. Setiap hari berduyun-duyun untuk mendharma-bhaktikan segala kemampuannya, baik morel maupun materiel dari semula hingga selesai.
Menurut catatan peninggalan alm. Penghulu IMAM BOERHAN, pembangunan tersebut dimulai pada hari Kamis Kliwon tgl. 12 Oktober 1890 M atau tgl 20 Muharram 1303 H.
Adapun pembangunan gapura pada th 1927 sedangkan menara yang lama ( yang berada disebelah kanan Masjid ) pada th 1928. Pada th 1933 ditambah pembangunan serambi disebelah kanan dan kiri, yang pada waktu itu Arsiteknya Bp. KY.H.MUCHSIN Dawuhan yang masih keluarga penghulu IMAM BOERHAN.
Sejak tahun dibangunnya Masjid tersebut juga telah mengalami terlanda lahar 2 kali, yaitu pada th. 1901 dan th. 1919 M
5. Kondisi setelah dibangun
Pada akhir th 1934 M penghulu IMAM BOERHAN wafat, dimakamkan di belakang Masjid Besar Blitar, sebagai gantinya adalah putranya bernama M. IRCHAMI sebagai penghulu yang ke delapan yang disebut penghulu Laadraad.
Pada tahun 1949 beliau wafat, kemudian diganti oleh R. DAMANHDERI, putra ke-3 IMAM GHOZALI Naib Kanigoro sebagai penghulu ke-sembilan.
Pada th.________ beliau wafat dan dimakamkan di Kanigoro. Sampai pada tahun tsb, sejarah kepenghuluan berakhir, lalu berganti nama menjadi KANTOR URUSAN AGAMA KABUPATEN BLITAR, yang menjadi Kepalanya bernama SLAMET DAROINI dari Ponorogo pada th 1957.
6. Pembangunan Masjid Baru
Pada tgl. 20 Oktober 1958 jam 09.45 pagi, terjadi bencana alam ( gempa bumi ) yang agak keras, sehingga mengakibatkan retaknya Menara dan Gapura Masjid, yang keadaan menaranya sangat mengawatirkan. Dengan keadaan yang demikian itu, sehingga beberapa tahun lamanya tidak ada usaha dari manapun, baik dari pihak Pemerintah setempat maupun dari Ummat Islam sendiri.
Pada th. 1966, timbullah gagasan dari sdr. H. MOH. BACHRI Pakunden ( Blitar ), yaitu salah satu seorang buyut dari penghulu KY. IMAM BOERHAN sebagai pelopor pendiri Masjid Besar Blitar dari bangunan gebyog menjadi bangunan tembok, bercita-cita untuk membangun baru Menara yang sudah retak tersebut yang terletak di sebelah kanan Masjid, kemudian direncanakan akan dibangun disebelah kiri serambi Masjid dengan bangunan cor. Sedangkan menara yang lama digempur sama sekali.
Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut sdr. H.MOH. BACHRI mempunyai inisiatif untuk mengkhitankan putranya yang pertama bernama FARID ACHMADI dengan membentuk suatu Panitia, yaitu :
Ketua panitia : Bp. KY.H.ZAHID
Sekretaris : Bp. ASMOEN
Bendahara : Bp. SOEWEDI HADINOTO
Pembantu : Sdr. A. RIFA’I
Selanjutnya mengundang para saudara handai taulan, pejabat Pemerintahan untuk menghadiri Walimatul Khitan yang diselenggarakan pada tgl. 26 September 1966, yang hasil sumbangannya akan diserahkan sepenuhnya untuk pembangunan Menara tersebut.
Adapun hasil sumbangannya dapat terkumpul uang sebesar Rp. 35.000,- ( Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah ) kemudian sebagai tahap kedua diwujudkan berupa material, yaitu :
1. Batu gebalan sebanyak : 75 M3
2. Batu Merah sebanyak : 50.000 buah
3. Beton Iyzer sebanyak : 1 ( satu ) ton
7. Setelah peristiwa G 30 S PKI
Setelah terjadinya peristiwa G 30 S/PKI, timbulah situasi baru, yaitu pengunjung Sholat Jum’ah di Masjid tersebut makin bertambah, sehingga meluap sampai di halaman Masjid, bahkan sampai di jalan muka gapura. Karena situasi yang sudah tidak mencukupi untuk menampung jamaah itulah cita-cita yang semula hanya akan membangun menara, kemudian ditinggkat, yang diperkirakan dapat menampung lebih dari 5.000 orang jama’ah.
Selanjutnya atas inisiatif sdr. H. MOH. BACHRI terbentuklah sebuah panitia yang disebut “BIRO PEMBANGUNAN MASJID BESAR KODYA/KAB. BLITAR” pada tgl. 10 Agustus 1967 di rumah sdr. TASLIM Kauman.
Adapun susunan s.b.b. :
Ketua umum : Bp. R. PRAWIROKOESOEMO Walikota Kodya Blitar
Ketua I : Bp. H. MOH. BACHRI
Ketua II : Bp. PARTOMOEKRI
Ketua III : Bp. TASLIM
Ketua IV : Bp. SOEPARTO
Ketua V : Bp. ARFAT KUSAIRI
Sekretaris : Bp. SOEWEDI HADINOTO
Bendahara : Bp. HARDITO, BA
Bag. Teknik : Bp. MASYKUR EFFENDI / Bp. SOEHARDJO B. R. E.
Pengawas : Kep. KUA Kec. Kota Blitar dan Tritunggal Kodya Blitar
Pada hari Jum’at tgl. 18 Agustus 1967 jam 10.00 WIB dilaksanakan perletakan batu pertama, yang dimulai dari pembangunan Menara sebelah Utara Masjid.
Pada akhir th. 1971, pembangunan menara dan serambi MAsjid telah dapat diselesaikan sekitar 80%. Adapun kekurangan yang 20% dilanjutkan oleh Muspida Kab. / Kodya Blitar.
Selama pembangunan menara dan serambi tersebut yaitu selama ditangani oleh BIRO PEMBANGUNAN MASJID BESAR KODYA / KAB. BLITAR foto dokumentatornya ACH. RIFA’I.
Alhamdulillah......., dengan membaca al kisah masjid agung, aku menjadi tahu.........
BalasHapussemoga masjid agung kota blitar semakin makmur
BalasHapussaya mau tanya untuk menentukan kiblat dari masji agung ini bagaimana???
BalasHapus